Norwegian Wood
haruki murakami
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
“Di dalam kaleng biscuit itu ada bermacam-macam biscuit, ada yang kamu sukai ada pula yang tak kamu suka. Dan kalau terus memakan yang kamu suka, yang tersisa hanya yang tidak kamu suka. Setiap mengalami sesuatu yang menyedihkan aku selalu berpikir seperti itu. Kalau yang ini sudah kulewati, nanti akan datang yang menyenangkan, begitu. Karena itu hidup ini seperti kaleng biscuit”
~midori, Norwegian wood~
Aku melihat buku ini pertama kali di gramedia, saat itu aku sedang memburu komik-komik seperti yang biasanya kulakukan setiap minggunya. Judul serta cover yang menyerupai bendera jepang itu menarik perhatianku, jadi ingin beli, pikirku. tapi ditanganku sudah ada hampir 15 buah komik baru hasil ‘buruan’ ku hari itu. Setelah menimbang-nimbang aku memutuskan tidak membelinya. Koq jadi kepikiran ya? Aku mengulang hal yang sama seperti yang kulakukan pada novel memoirs of geisha tahun 2002 lalu. Love at first sight tapi tidak langsung kubawa ke meja kasir, akhirnya jadi kepikiran deh. Yah… kalau ke toko buku aku memang selalu berat ke komik. Aku dan komik tidak bisa dipisahkan, seperti pakaian yang melekat pada kulit. Kalau dipisahkan telanjang donk ;p. seperti halnya memoirs of geisha, novel ini akhirnya pun kubeli setelah pada hari-hari sebelumnya beberapa majalah mengulasnya.
Kubaca dan kubaca. Tidak menyesal menjadikannya sebagai bagian dari koleksiku. Aku memang tidak menyelam terlalu dalam di dunia tulis menulis, tapi aku suka gaya menulisnya (atau karena sudah dalam bentuk terjemahan ya? kalau sudah diterjemahkan apa suatu gaya penulisan bisa berubah?). bagaimana ya mengungkapkan gaya tulisannya itu? Hmmm…. Seperti aliran air. Terus menyambung, tidak terputus-putus padahal beberapa menggunakan alur flashback. Kalimat dan kata-kata nya yang puitis serta hal-hal yang menurut orang tua zaman dahulu tabu untuk dibicarakan tampak wajar mengalun didalamnya. Yahh…begitu… seperti air jernih yang mengalir tanpa campuran sirup atau gula didalamnya untuk membuatnya lebih manis dirasa. Justru kejernihannya itulah yang menarik hati untuk tidak meninggalkan novel ini sebelum habis dibaca.
Jika pada memoirs of geisha aku tertarik pada tema ceritanya yaitu kehidupan para geisha di distrik gion, Norwegian wood ini menarikku karena rasa-rasa yang ada dalam diri si tokoh utama, watanabe toru. Aku tidak bisa menjelaskannya sih, tapi sepertinya aku bisa memahaminya. Entah kenapa.
Posted in: books, KPG, novel on Thursday, September 07, 2006 at at 8:14 PM