Panah Patah Sangkuriang

Femmy Syahrani
[genre]
dongeng, legenda
[format]
paperback
[penerbit]
GPU
[tahun]
2003
[jumlah halaman]
120
[isbn]
979-22-0405-9







“Syarat yang harus kau penuhi adalah, sebelum fajar menyingsing kau harus membuat danau, lalu membangun kapal besar agar kita dapat melayari danau itu untuk berbulan madu.”

--Dayang Sumbi--

Sangkuriang tidak pernah melesatkan lebih dari satu anak panah setiap kali berburu. Semua karena busur dan anak panah pemberian Aki-nya yang sakti. Namun sejak Aki meninggal, kesaktian yang melekat pada panahnya tersebut perlahan meluntur, seiring dengan kondisi Emak –Dayang Sumbi– dan anjing kesayangannya –Tumang– yang juga menurun.

Satu hari satu anak panahnya tak sanggup membunuh kijang buruannya. Dan kesakitan yang dirasakan kijang itu turut dirasakan Sangkuriang.

Dayang Sumbi yang mendengar kisah Sangkuriang justru bersenang hati. Karena itu berarti kutukan Aki yang ditimpakan pada dirinya dan Tumang juga akan menghilang. Dengan segera Dayang Sumbi mengambil kitab milik Aki yang berisi ramuan penangkal kutukan dan menyuruh Sangkuriang mengambil hati hewan untuk melengkapi bahan ramuannya.

Namun keraguan Sangkuriang saat membidik mangsa buruannya justru membunuh Tumang. Atas permintaan Tumang sendiri, akhirnya Sangkuriang mengambil hati Tumang untuk diberikan pada Dayang Sumbi yang histeris saat mengetahui kematian anjingnya.

Sangkuriang yang merasa bersalah akhirnya pergi meninggalkan rumah.

Bertahun kemudian, Sangkuriang bertemu kembali dengan Dayang Sumbi yang sudah tak ia kenali rupanya. Dan Sangkuriang jatuh cinta pada Dayang Sumbi.

Kisah Sangkuriang adalah satu legenda ternama dari Jawa Barat yang menceritakan asal muasal Tangkuban Perahu.

Terinspirasi dari Disney yang meremake ulang dongeng-dongeng dunia, timbul keinginan penulis – mba’ Femmy – untuk menceritakan ulang dongeng rakyat Indonesia. Dan menurut saya mba’ Femmy berhasil membuat cerita rakyat yang tidak membosankan.

Bingung harus berkomentar apa^^, maka saya akan mengutip ucapan Sapardi Djoko Damono yang terdapat pada kover belakang: “Dengan cara bertutur demikian itu ia berhasil menggoda kita untuk, dengan penuh rasa ingin tahu, mengikuti bagian demi bagian sampai selesai, meskipun mungkin kita sudah pernah mendengar kisah itu.”

Bertanya atau Mati!

Isman H. Suryaman

[genre] komedi, nonfiksi
[format]
paperback
[penerbit]
GPU
[tahun]
2004
[jumlah halaman]
240
[isbn]
979-22-0950-6





“Untuk sering bertanya dan tidak sekedar menerima. Untuk tidak lupa bermain dengan otak kita. Dan untuk menemukan kegembiraan serta ketertarikan pad ahal-hal sederhana. Terutama karena hal-hal tersebut adalah bagian dari menikmati hidup. Dan hidup adalah kebalikan dari mati.”

--Isman--

Saya akhirnya mendapatkan buku ini, langsung dari penulisnya *Ups, sebenarnya melalui mba’ Donna, partner mas Isman=P.

Bertanya atau Mati! (BaM) adalah kumpulan esai tentang kehidupan. Kita dapat membacanya dari dua sisi. Sisi merenung dan sisi menghibur :)

Sisi merenung; karena sesungguhnya seluruh esai berbalut komedi yang ada dalam buku ini mengajak kita untuk merenung dan, tentu saja, bertanya. Mulai dari hal yang tampak remeh seperti ‘kenapa peuyeum dan kentongan dijual bersamaan?’ hingga sisi penting dari kehidupan keseharian kita. Bahkan terselip juga beberapa penjelasan ilmiah, yang salah satunya cukup sering disebut dalam lembaran-lembaran buku ini, yaitu si belalang. Dan membuat saya bertanya (Nah, saya jadi bertanya, kan?^^), apakah mas Isman penggemar belalang? =P.

Sisi menghibur; karena BaM –tidak mungkin tidak– akan membuat kita tertawa, mulai dari taraf tersenyum simpul hingga terbahak-bahak. Bahkan Miki –kucing saya– pun menatap bingung melihat saya terbahak sendirian sambil memegang BaM (mungkin dia pun terpengaruh buku ini, jadi ikut bertanya-tanya ,“Apakah majikan tersayang saya sudah gila?”)

BaM mengajak kita merenung, bercermin untuk instropeksi diri, namun tidak dengan cara mengerutkan kening.

Ulysses Moore: Pintu Waktu

Pierdomenico Baccalario

[penerjemah] Damaring Tyas Wulandari, S.Si
[genre]
petualangan, fantasi
[format]
hardcover
[penerbit]
Erlangga for Kids
[tahun]
2007
[jumlah halaman]
222
[isbn]
978-979-015-511-4






“While of four one will open by lot
Of four three the motto will show
Of four two mean death on the spot
And one of four will lead below”

Pengantarnya yang unik membuat saya memasukkan buku petualangan fantasi ini ke dalam kantong belanjaan saat di toko buku Gramedia.

Cerita berawal dari kepindahan keluarga Covenant dari kota London ke Kilmore Cove, daerah pesisir di Inggris. Mereka menempati rumah tua bernama Argo Manor yang dulu dimiliki oleh Ulysses Moore, seorang yang aneh dan nyentrik. Rumah tersebut sangat terkenal di Kilmore Cove.

Keluarga Covenant memiliki sepasang anak kembar laki-laki dan perempuan bernama Jason dan Julia Covenant. Kalau Julia merasa kesal dengan kepindahannya ke daerah, maka Jason justru sebaliknya. Ia merasa dapat melakukan petualangan hebat di sini.

Satu hari, Rick Banner – teman baru si kembar – datang ke Argo Manor untuk menghabiskan waktu bersama Jason dan Julia. Rick sangat mengagumi dan penasaran pada Argo Manor. Itu sebabnya ia bersemangat saat Jason yang menganggap bahwa hantu Ulysses Moore gentayangan dalam Argo Manor mengajaknya berpetualang menelusuri rumah tua yang besar tersebut.

Julia yang tidak rela Jason dan Rick bersenang-senang sendiri, akhirnya mengikuti petualangan mereka. Hampir saja petualangan mereka sia-sia hingga Jason nyaris terjatuh dari tebing di belakang rumah. Saat bergelantungan di tebing tersebut, Jason menemukan sesuatu dalam lubang yang ia percayai sebagai gua.

Benda penemuan Jason membawa mereka berpetualang semakin dalam di Argo Manor, dan menemukan hal-hal menakjubkan yang harus mereka pecahkan bersama.

Buku pertama dari serial petualangan fantasi Ulysses Moore. Saya sangat berharap Erlangga menerbitkan buku selanjutnya. Dan hardcover juga, tentu saja^^.

Didukung ilustrasi yang indah oleh Iacopo Bruno, buku ini mengajak kita mengikuti petualangan tiga remaja tanggung tersebut. Dan sayang, harus berhenti sejenak untuk menunggu buku selanjutnya. Karena, saya lihat dari ending buku ini, Pintu Waktu adalah sebuah prolog dari keseluruhan petualangan yang akan dialami oleh si kembar Jason dan Julia serta Rick.

Kalau cepat-cepat membeli buku ini, bisa mengikuti kuis yang ada pada halaman belakang. Sayangnya hanya untuk anak kecil hingga remaja. Huks!

Stila-Aria.1 – Sahabat Laut

Sitta Karina
[genre]
pop, remaja
[format]
paperback
[penerbit]
Terrant Books
[tahun]
2007
[jumlah halaman]
337
[isbn]
979-3750-24-3





“Iya, nggak kalah canggih. Tapi alamnya juga jadi nggak kalah hancur. Sayang...”

--Aria--

Bekerja sama dengan WWF Indonesia, Sitta Karina mencoba mengajak remaja untuk peduli dengan lingkungan melalui novel terbarunya, Stila-Aria.

Stila-Aria dimaksudkan sebagai novel serial dengan Aria sebagai tokoh sentralnya. Pada buku pertamanya ini – Sahabat Laut – cerita dimulai dari kepindahan Aria ke tanah air setelah hidup di Amerika sejak berumur lima tahun.

Aria adalah cewek remaja yang kritis terhadap keadaan lingkungan. Ia sangat peduli pada lingkungan di tanah airnya –Indonesia– yang semakin lama semakin rusak. Sifatnya yang tegas dan unik tersebut membuatnya menjadi magnet dalam kelas barunya.

Dengan cepat ia bersahabat dengan dua cowok teman sekelasnya, Jamie – cowok peranakan Indonesia-Australia yang ‘terlalu’ sadar dengan wajah gantengnya, dan Musa yang sudah bosan menjadi bayang-bayang Jamie sejak TK. Ada juga Ayumi, sang kapten cheerleader, yang walau sering bersitegang, tetap berniat mengajak Aria masuk dalam eskul cheerleader pimpinannya.

Walau Aria selalu tampak ceria di sekolah, sebenarnya ia memiliki masalah dalam keluarganya yang tak pernah tinggal bersamanya hingga ia kembali ke Indonesia - yang mengingatkan saya pada komik Pop Corn. Tak ada seorang pun temannya yang tahu – termasuk Jamie dan Musa – tentang keadaannya hingga kedatangan seorang murid baru bernama Izar.

Sejujurnya, Stila-Aria kurang ‘nendang’ dibandingkan novel-novel Sitta sebelumnya (walau tak mengurangi minat saya untuk menyelesaikannya). Dengan ending yang ‘nanggung’ (mungkin memang dimaksudkan seperti itu), banyak hal yang tampak tidak selesai. Seperti tokoh Izar yang muncul belakangan dan memiliki peran penting dalam masalah Aria dengan masa lalunya, atau Soma yang muncul tiba-tiba dan tanpa kelanjutan. Pun chemistry antara Aria dan Adam yang kurang terlihat.

Lalu saya berpikir *halah*, mungkin karena novel ini bersambung (bukan serial dong, kalau begitu^^), maka para karakternya dibuat nanggung seperti itu.

Tapi tenanglah, hai para penggemar Sitta Karina! Novel ini jauh dari kata biasa. Gaya menulis Sitta Karina membuat novel ini berbeda dengan teenlit lainnya. Dan itulah yang saya suka darinya. Selain itu, Stila-Aria penuh dengan pesan moral untuk para pembacanya.

Sebagai salah satu penggemar Sitta Karina dan satu dari sekian manusia yang peduli dengan lingkungan, saya merekomendasikan novel ini untuk dibaca.

A Very Yuppy Wedding

Ika Natassa
[genre] pop, romance
[format]
paperback
[penerbit]
GPU
[tahun]
2007
[jumlah halaman]
288
[isbn]
979-22-3181-1







“This is not the feeling of wanting something that you can’t have. But having something that you can’t want.”
--Andrea--

Andrea, seorang bankir muda yang tengah sukses menuju puncak karirnya, padahal usianya belum lagi tigapuluh tahun. Seakan belum cukup sempurna. wanita karir yang super sibuk ini memiliki kekasih bernama Adjie – the most eligible bachelor in banking – yang berniat untuk menikahinya.

A puerrfectt life, eh?

Tampaknya tidak begitu bagi Andrea. Karena, baginya, menerima pinangan Adjie, berarti ia harus berpikir dua kali meneruskan karir cemerlangnya di kantor tempat mereka berdua bekerja saat ini, secara para karyawannya dilarang memiliki hubungan kekasih.

Tapi Andrea dan Adjie punya rencana. Mereka hanya tinggal menyembunyikannya hingga beberapa bulan ke depan – saat kontrak mereka berdua di kantor itu selesai. Waktu yang cukup bagi mereka untuk menyiapkan pernikahan sembari mencari kerja di tempat lain, karena mau tak mau salah satu dari mereka harus keluar dari kantor itu kalau tidak mau membayar denda 500 juta karena pelanggaran kontrak.

Semua tampak berjalan lancar, walaupun dengan sedikit ‘gangguan’ seperti rongrongan sang wedding planner serta keinginan calon mertua yang perfeksionis. Hingga semua ini tampak sia-sia, ketika Andrea harus menghadapi kemungkinan Adjie berselingkuh dengan rekan kerjanya yang baru.

Satu lagi kisah perempuan kota yang sukses tapi kurang mensyukuri hidup sempurnanya. Tapi bukan berarti buku ini tidak bagus^^. Novel ini menarik dan memberi saya pengetahuan tentang salah satu profesi di bank, karena penulis detail sekali menjabarkan kegiatan Andrea di kantornya.

Hanya ada satu hal yang kadang membuat saya menghela napas. Nama fashion brand terkenal. Mango dan ZARA. Bukan berarti saya tidak menyukai mereka (justru sebaliknya!), tapi kedua nama brand tersebut terlalu sering disebut dalam novel-novel pop, seakan tidak ada merk lain yang sama bekennya.

Tapi untunglah hal tersebut tidak mengganggu saya menikmati jalan cerita novel ini.