The One I Love [Watashi no Suki na Hito]

CLAMP

Olce Balukh (Terj.)

m&c

Cetakan I, Juli 2007





“Sebelum menikah, kita melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan sebelum menikah. Setelah menikah, kita akan melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan setelah menikah.”

--Scene 12, Marriage--

The Story:
Seorang wanita menunggu di sebuah taman. Tidak seperti biasanya, hari ini ia begitu rapi dengan mengenakan kimono berwarna merah. Ada maksudnya kenapa ia melakukan hal tersebut.

Wanita itu baru saja bertengkar dengan kekasihnya. Akhirnya seminggu berlalu tanpa ada kata maaf terucap dari keduanya. Karena itulah ia berpakaian rapi hari ini. Ia ingin menjadi orang yang berbeda. Dengan cara itu ia merasa dapat dengan jujur mengucapkan kata maaf pada kekasihnya.

Cerita tersebut adalah satu dari dua belas kisah tentang cinta yang terangkum dalam tujuh hingga delapan halaman komik ditambah satu halaman esai di belakang setiap cerita. Semua mengisahkan tentang perasaan cinta yang dapat dialami oleh siapa pun juga.

Ayu thinks:
Kali ini CLAMP menyajikan kisah berbeda dari karya-karya mereka sebelumnya yang biasanya bermuatan fantasi. Manga yang satu ini begitu lembut dan nyata. Terinspirasi oleh kisah-kisah yang dialami sang manga-ka.

Kamu akan merasa menemukan dirimu yang sedang jatuh cinta saat membaca kisah-kisah ini. Mungkin tertawa kecil mengingat bahwa kamu pernah berada di posisi yang sama dengan si tokoh tersebut.

Ada satu cerita yang paling saya suka. Kisah yang membahas arti kata ‘lucu’. Sebuah kata yang sering diucapkan dalam setiap kesempatan, namun ternyata memiliki efek yang berbeda tergantung siapa yang mengucapkannya. I love it!

Anyway, dilihat dari style-nya, saya pribadi lebih suka menyebut komik ini sebagai graphic novel.


*Sorry, nggak dapat gambar cover edisi Indonesia^^

Tales from Earthsea

Voice Cast:
Okada Junichi, Aoi Teshima

Director:
Goro Miyazaki

Screenplay:
Goro Miyazaki

GHIBLI Studio




“Therru, what’s the most important thing?”

--Arren—

The Story:
Cerita dimulai oleh perkelahian dua ekor naga di langit sebuah laut. Raja yang khawatir akan keadaan itu hampir dipersulit oleh para dayang yang melaporkan bahwa pangeran Arren menghilang sejak semalam.

Namun sesaat sebelum Raja memasuki ruangannya di depan sebuah koridor gelap, pangeran Arren tiba-tiba muncul dan menusuknya dengan sebilah pisau. Kemudian ia mengambil pedang sang Raja dan pergi.

Arren pergi dari istana dengan seekor kuda dan pedang yang ia rebut dari ayahnya, pedang yang tak bisa tercabut dari sarungnya. Scene berpindah saat Arren yang tengah dikepung oleh segerombolan serigala diselamatkan oleh seorang wizard bernama Sparrowhawk. Arren kemudian turut dalam perjalanan wizard tersebut.

Mereka tiba di kota Hort. Di sana, Arren menolong seorang anak perempuan bernama Therru yang dikejar-kejar oleh penjual budak. Namun, akibatnya ia sendiri ditangkap oleh mereka dan akan dijual sebagai budak. Lagi-lagi Sparrowhawk datang menyelamatkannya. Ia membawa Arren ke rumah temannya, Tenar.

Di sana Arren bertemu lagi dengan Therru yang pada awalnya tidak menyukai Arren. Perlahan, Therru melunak saat Arren menangis mendengar lagu yang dinyanyikan Therru di padang rumput. Arren pun bercerita pada Therru bahwa ia telah membunuh ayahnya dan ia tidak tahu apa sebabnya.

Arren hidup dengan rasa takut bahwa seorang lagi dari dirinya terus datang menguasai kehidupannya. Ia merasa harus terus pergi atau dirinya yang seorang lagi akan datang terus mengejarnya. Karena itu saat Sparrowhawk sedang pergi ke kota, Arren memutuskan meninggalkan tempat itu. Namun ia tertangkap oleh Cob, musuh bebuyutan Sparrowhawk. Menurutnya, Arren dapat dimanfaatkan untuk menemukan kehidupan abadi yang ia inginkan. Di saat yang sama, Tenar pun ditangkap oleh anak buah Cob untuk memancing Sparrowhawk.

Tinggallah Therru dengan pedang milik Arren. Maka ia memutuskan untuk mengejar mereka bertiga.

Ayu thinks:
Saya selalu menyukai karya-karya Ghibli. Yang ini pun tidak terkecuali. Ghibli sukses mengemas film animasi yang berdasarkan dari cerita klasik, Earthsea series karya Ursula K. Le Guin, menjadi tontonan yang menarik. Seperti biasanya.

Kali ini yang bertanggung jawab adalah Goro Miyazaki, yang tidak lain adalah putra dari sang master, Hayao Miyazaki. Nggak ayah, nggak anak, sama saja kemampuannya menggarap film animasi... hehehe.. =D.

Kenapa saya suka karya-karya Ghibli? Karena mereka selalu menghadirkan fantasi-fantasi ‘gila’ dengan muatan pesan di dalamnya. Karena itu, kamu harus menonton untuk mengetahuinya *wink*

The Painted Veil

Cast:
Naomi Watts, Edward Norton

Director:
John Curran

Screenplay:
Ron Nyswaner




"When love and duty are one, grace is within you."
--Mother Superior--

Story:
Walter Fane (Edward Norton) adalah seorang dokter spesial bakteriologi yang kaku dan serius. Dalam sebuah pesta di sebuah rumah, ia bertemu dengan Kitty (Naomi Watts), seorang socialite – anak sang pemilik rumah.

Walter jatuh cinta padanya. Dan pada pertemuan kedua mereka, Walter melamar Kitty. Terdesak oleh keinginan ibunya agar Kitty segera menikah, akhirnya Kitty menerima pinangan Walter tanpa cinta.

Dan pasangan baru tersebut pindah ke Shanghai, mengikuti Walter yang ditugaskan di kota tersebut. Di Shanghai, Walter mengajak Kitty masuk dalam komunitas warga Inggris. Dan Kitty bertemu Charlie Townsend (Liev Schreiber) yang menarik dan mampu memikat Kitty. Sementara Walter berkutat dengan pekerjaannya, Kitty menghabiskan waktu berselingkuh dengan Townsend.

Saat Walter mengetahui perselingkuhan itu, ia memutuskan menjadi sukarelawan di sebuah desa di pedalaman China yang sedang terserang wabah kolera. Walter memaksa Kitty untuk turut serta atau ia mengancam akan menceraikannya. Kitty yang tak bisa berbuat apa-apa terpaksa menyetujuinya.

Maka sampailah mereka di desa tersebut. Ditengah mewabahnya kolera dan kebencian yang mulai muncul terhadap warga asing, Walter dan Kitty menjalani keseharian mereka dan mencoba menebus kembali kesalahan-kesalahan dan cinta mereka.

Ayu thinks:
Saya mengetahui keberadaan film ini, pertama, dari blog seorang teman. Membaca postingannya kala itu, entah kenapa membuat saya turut penasaran pada film ini, selain karena dua pemainnya yang sudah tak perlu diragukan lagi.

Seperti yang sudah saya katakan dalam blog saya, film ini membuat saya jatuh cinta! Sinematografinya sangat indah. Dan sang sutradara berhasil membuat hasil yang diinginkan melalui visualisasi dari karya klasik milik W. Somerset Maugham ini.

Saya harus cepat-cepat mencari novelnya^^.