A LIFE

SILVIA ARNIE

GPU

208 hal.





“… kita udah jadi temen, kan? Baru sekarang ini gue punya temen kayak lo. Yang nampar gue waktu gue salah. Yang mendukung gue waktu gue butuh.yang rela dengerin gue malem-malem cerita. Yang temenan sama gue karena apa adanya gue, bukan karena apa yang gue punya. Nggak akan ada orang kayak lo lagi…”

~Ginna~

Lunna sedang uring-uringan. Walau puisi karyanya baru memenangkan lomba, ia sedang kesal karena cowoknya, Sandy, ternyata selingkuh dibelakangnya. Dengan dukungan teman-temannya, Lunna berniat memutuskan hubungan mereka. Hanya saja dia sedang mencari moment yang pas biar sekalian memergokinya sedang bersama selingkuhannya. Dengan begitu akan ada bukti yang tak bisa dibantah, kan?

Saat sedang asyik ngopi di kafe langganannya, Lunna bertemu cowok bernama Mango yang memintanya untuk menuliskan lirik buat band-nya karena secara kebetulan Mango membaca puisi Lunna. Di kafe itu akhirnya Lunna secara tidak sengaja memergoki Sandy bersama cewek lain. Lalu ia mendekati mereka untuk melabraknya.

Ginna sedang bingung kenapa cowoknya, Roland, bersikap seakan tidak menginginkannya. Nada bicara yang malas-malasan saat Ginna menelponnya membuat cewek itu semakin resah. Akhirnya Ginna melampiaskannya dengan shopping. Tanpa sadar limit kartu kreditnya hampir mencapai batas. Ginna pun pulang untuk mempersiapkan dirinya berkencan dengan Roland.

Roland benar-benar tidak perhatian padanya! Ginna sampai malu pada waiter kafe yang sepertinya menyadari suasana dingin diantara mereka. Tiba-tiba saja seorang cewek yang dari tadi menatap mereka dengan tajam berjalan mendekat. Dan cewek itu marah-marah.

Sandy adalah Roland. Roland adalah Sandy. Cowok itu ternyata menduakan Lunna dan Ginna. Sementara kedua cewek itu berantem sampai tonjok-tonjokan, Sandy atau Roland itu malah kabur meninggalkan mereka.

Lunna dan Ginna tersadar bahwa cowok yang membuat mereka berantem itu sama sekali tidak layak untuk diperebutkan, tidak peduli sedalam apa mereka menyukainya. Kejadian itu justru membuat mereka berdua perlahan menjadi teman baik. Lunna yang tomboy dan berantakan dan Ginna yang feminin dan terawat. Entah bagaimana caranya mereka untuk dekat satu sama lain.

Mereka membiarkan pertemanan mereka mengalir begitu saja. Dan masing-masing dari mereka pun bertemu dengan cowok lain. Ginna sedang bingung karena perbedaan usia diantaranya dengan cowok yang sedang ia taksir. Sedangkan Lunna bingung harus menjawab bagaimana atas perasaan cowok yang menembaknya, sementara Sandy datang kembali kehadapannya.

Bagaimana Lunna dan Ginna mengatasi masalah-masalah itu dengan persahabatan mereka?

Waktu ke gramedia, aku menemukan dua buah teenlit baru. Bingung memilihnya secara tidak ada satu pun yang terlepas dari plastik kemasannya. Setelah menimbang-nimbang, aku memilih yang bersampul hijau ini. Well, ternyata tidak salah pilih. Sebuah kisah cinta remaja yang dibungkus dengan cerita persahabatan antara dua rival yang semula saling membenci. Gaya penulisannya bagus. Dan puisi-puisinya tidak hanya sekedar menempel untuk memperindah, tapi berkaitan dengan jalan cerita itu sendiri.

0 yang berbagi: