TERSIPU MERAH

SAHIRI LOING

ESCAEVA, 2007

156 hal.


“Mengapa bentuk manifestasi kasih sayang harus diliputi warna merah? Bukankah warna merah menandakan kemarahan? Kebencian? Rasa sakit?”

~Kirana~

Kirana tidak suka berada dalam kerumunan orang. Bahkan ia jarang bergaul dengan teman-teman satu kompleknya. Semua ini hanya karena satu hal, menurut Kirana dirinya itu tidak normal. Entah kenapa, sejak kecil wajah Kirana gampang sekali merona. Dan itu tidak tanggung-tanggung, tidak hanya pipi tapi menyebar rata hingga seluruh wajah dan menjalar hingga ke lehernya. Hanya mendengar namanya dipanggil saja, Kirana bisa langsung tersipu.

Orang tua Kirana bukan hanya diam saja melihat keadaan anaknya itu. Mereka pernah membawanya ke dokter. Menurut dokter, Kirana menderita sindrom Idiopathic Craniofacial Erythema, jenis kesipuan yang amat sensitif. Hanya dengan sedikit provokasi, mampu membuat seluruh wajah memerah. Sindrom ini bisa disembuhkan dengan operasi. Tapi biayanya sangat mahal. Dan karena sindrom ini tidak membahayakan nyawa sama sekali, akhirnya kedua orang tuanya memutuskan untuk membiarkannya saja.

Maka, disinilah Kirana, menjalani hidupnya sehari-hari sambil berusaha untuk tidak memperdulikan wajah merahnya. Tapi tidak bisa, warna merah yang melekat pada dirinya itu seolah menjadi trademark-nya. Akhirnya ia hanya bisa menahan dirinya saat orang-orang mulai mengolok-oloknya.

Suatu hari di bus kota yang selalu penuh sesak, seorang cowok menawarinya tempat duduk. Cowok itu bernama Avan, teman satu sekolahnya. Cowok yang Kirana sukai, tapi juga yang disukai oleh sahabatnya.

Pertemuan kedua mereka – masih didalam bus kota – membuat keduanya dekat. Avan juga lekat dengan warna merah. Tapi merah itu berasal dari kemarahan. Avan selalu mengeluarkan perasaannya bersama dengan kemarahan.

Kedekatan mereka berlanjut hingga kencan pertama. Sayang, kencan pertama itu dirusak oleh amarah Avan. Sebenarnya cowok itu marah pada orang lain, tapi saat Kirana berusaha mencegahnya, tanpa sadar Avan malah membentak Kirana. Kaget dan tidak terima, Kirana menjadi kecewa oleh sikap Avan dan memilih pulang.

Dirumah, Kirana dikejutkan oleh ucapan Rio, teman satu kompleknya. Rio mengungkapkan perasaannya pada Kirana. Hal itu membuat Kirana bimbang, ia memang tertarik pada cowok itu, walau kadang nggak tahan melihat kumpulan jerawat diwajahnya (^__^).

Bagaimana Kirana harus memilih? Memaafkan Avan dan kembali jalan bersamanya atau meninggalkan Avan dan menerima perasaan Rio?

Merona. Selama ini keadaan tersipu ini hanya untuk menggambarkan rasa malu seorang cewek dihadapan cowok pujaannya, tapi penulis mengangkatnya menjadi masalah utama dalam novel ini. Dan ternyata jadi unik! Tapi sepertinya alur ceritanya agak terburu-buru deh.

Eniwei…… aku jadi tahu kalau sindrom seperti itu ternyata punya nama yang susah dibaca (^__^). Jadi ingat kalau aku juga punya seorang teman yang wajahnya gampang tersipu, walau nggak separah yang dialami Kirana sih.

0 yang berbagi: