From Batavia With Love

Karla M. Nashar

[tipe] novel, fiksi
[genre] pop, chicklit
[penerbit] gagas media
[tahun] 2007
[jumlah halaman] vi + 298
[isbn] 979-780-178-0


“Masa depan mungkin hanya sebuah impian dari hari ini. Namun sepanjang apa pun hari ini, ia pasti akan berlalu dan berganti menjadi hari esok. Demikian juga dengan mimpi. Sesulit apa pun kita meraihnya, jika berusaha pasti akan berhasil pada akhirnya. Kamu harus percaya itu.”

--Pieter--


Ada yang sudah pernah menonton Kate and Leopold, film yang menceritakan sepasang kekasih yang berbeda zaman? Novel ini mengingatkan saya pada film tersebut. Tapi tentu saja keduanya berbeda. Pada Kate and Leopold, mereka terikat karena salah satu tokoh melompati ruang dan waktu. Sedangkan dalam novel ini mereka terhubung oleh ikatan batin akibat sebuah jiwa resah yang belum tenang.

Adalah Tara Medira, seorang gadis yatim piatu yang mendapat pekerjaan menjadi guide bagi sepasang pemerhati sejarah yang ingin mengadakan riset di kota Jakarta. Kunjungan mereka ke museum Fatahillah mengantarkan Tara pada serangkaian mimpi aneh yang menghubungkannya pada sosok masa lalu dalam penantian panjang-nya.

Dari mimpi-mimpinya, Tara mulai mengenal sosok tersebut. Ia adalah Pieter Van Reissen, seorang aristokrat Belanda yang mengunjungi Batavia pada tahun 1905. Pieter, tanpa sengaja, berulangkali bertemu dengan seorang gadis pribumi bernama Yasmin, yang kemudian berkembang menjadi cinta di antara keduanya.

Sayang, gadis pribumi dan pemuda aristokrat Belanda bukanlah pasangan yang tepat, sehingga orang-orang di sekitar mereka merenggut paksa cinta yang terlanjur tumbuh dengan kuat tersebut.

Hal tersebut membuat Pieter tak tenang dan terus menanti hingga saat kematiannya. Maka ia menjadi jiwa yang resah akibat penantiannya itu. Dan seratus tahun pun berlalu, saat itulah jiwa resah milik Pieter bertemu dengan Tara yang dianggapnya dapat menghentikan penantiannya tersebut.

Mengambil setting di Batavia dan sedikit daerah Buitenzorg (Bogor) pada tahun 1900-an, Karla menggambarkan dengan jelas dan detail keadaan dan situasi saat itu. Saya salut dengan survei keadaan Jakarta pada masa lalu tersebut. Karakter Pieter yang terus penasaran pada gadis yang ditemuinya, Yasmin si gadis pribumi yang cerdas serta rasa kesepian yang ada dalam diri Tara mampu tergambar dengan baik, membuat saya enjoy membayangkannya selama membaca novel ini.

Tapi, hingga pertengahan cerita belum juga tampak interaksi antara Tara dan jiwa Pieter yang saya tunggu-tunggu. Pun adegan penting saat keadaan sebenarnya antara Pieter dan Yasmin terungkap hanya diceritakan melalui mulut Pieter kepada Tara, padahal adegan tersebut adalah adegan penting yang menentukan jiwa Pieter untuk terus menanti.

Walau begitu, kisah hidup Pieter maupun Tara sangat menarik untuk ditelusuri. Novel ini menarik, terutama karena mengusung tema masa lalu yang saya sukai^^. Saya akan memberikan delapan setengah poin dari sepuluh poin yang ada^^.

0 yang berbagi: