Cha Untuk Chayang

Abmi Handayani & Dalih Sembiring

GPU, Maret 2007

224 hal.

“Karena kamu bukan dia”

~Febri~


Lina diterima menjadi mahasiswa Fakultas Hukum UGM. Tapi untuk itu Lina mau tak mau harus meninggalkan keluarganya, meninggalkan Balikpapan. Dan untuk pertama kalinya ia terbang meninggalkan kota tercintanya. Menuju Yogyakarta.

Dengan logat Balikpapan kentalnya yang sering mengundang senyum dan pembawaannya yang supel, dengan mudah Lina mendapat teman-teman baru di kota pelajar itu.

Satu hari Lina kehilangan ponselnya. Tidak tega minta ponsel baru pada orang tuanya, Lina memutuskan untuk kerja sambilan demi mengumpulkan uang membeli ponsel. Dengan bantuan Fitri dan Deni – teman barunya – Lina akhirnya mendapat pekerjaan di resto Bebe’s burger, milik seorang waria kece yang malah menjadi teman dekatnya.

Di Bebe’s burger, Lina mendapat kenalan baru. Ada Imam sang koki. Eno, cewek kasir yang jutek berat. Serta Zeta dan Lili, duet pudel yang mementingkan penampilan diatas segalanya. Juga ada Helmi, cowok yang rela mengantar jemput Lina ke tempat kerjanya. Helmi rela melakukannya karena cowok itu naksir berat sama Lina. Walau Lina sendiri tidak memiliki perasaan yang sama.

Lalu ia bertemu seorang teman Eno. Namanya Yogi, si cowok indie. Lina yang naksir pada pandangan pertama langsung berusaha pedekate. Sayangnya, Yogi tergila-gila dengan cewek pudel. Demi mendapatkan cowok itu, Lina berusaha mengubah image penampilannya. Ia pun belajar membuat cha latte yang sebenarnya tak ia sukai.

Tapi perubahan Lina membuat teman-temannya heran. Dan mereka juga tidak menyukai hal itu. Lina tidak peduli, karena yang penting adalah mendapatkan Yogi.

Maka secara perlahan Lina berubah menjadi pribadi yang berbeda.

Gaya teenlit satu ini beda dari teenlit-teenlit sebelumnya. Dengan setting Yogyakarta dan tokoh utamanya yang berlogat Balikpapan, ceritanya jadi lucu banget. Kisah cintanya pun nggak cengeng. Dan aku, sedikit banyak, jadi belajar bahasa binan...hehehe...

Yang paling aku suka memang logatnya Lina. Sampai-sampai setiap membaca dialog cewek itu, aku jadi kebawa-bawa pengin ikut ngucapinnya (^__^). Jadinya aja, aku baca sambil sesekali ngomong sendiri. Untung bacanya di rumah, jadi nggak dikira gila...gehehehee.... ^__^

1 yang berbagi:

  1. hai hai...
    makasih ya udah nge-review buku kami
    si abmi mau bikin teenlit tuh, kali ini tanpa daku :) ditunggu ya

    -dalih sembiring-