Perempuan Kembang Jepun

Lan Fang

GPU, Oktober 2006

288 hal.

“Apakah salah aku terlalu mencintainya?”

~Sujono~


Sulis

Lelah dengan kehidupannya, kemelaratannya. Lelah dengan Sujono, suaminya yang selalu pulang dengan keadaan mabuk. Sujono yang bekerja seenak perutnya, tidak menghiraukan dirinya dan Joko, anak yang tidak pernah diakui lelaki itu. Ya, Sujono memang tidak pernah mengakui Joko sebagai anaknya. Ia selalu menuding Sulis bahwa Joko adalah buah dari hubungan Sulis dengan Wandi. Walau kerap menyangkal, sebenarnya Sulis pun tidak tahu siapa ayah dari anaknya. Karena pada Wandi dan Sujono, Sulis berganti-ganti menyerahkan dirinya.

Sulis akhirnya memilih Sujono karena apa kata orang jika ia mengawini Wandi yang seusia ayahnya, yang telah memiliki istri dan anak? Tapi yang ia dapatkan dari Sujono adalah kesengsaraan, kehidupannya yang semakin melarat.


Tjoa Kim Hwa

Datang ke Indonesia demi Shosho Kobayashi. Setelah menetap sebentar di tempat Itsuka-san di Jakarta, ia menuju Surabaya. Orang Jepang pantang merendahkan martabat wanitanya di negeri orang. Karena itulah ia menjadi Tjoa Kim Hwa sekarang. Karena ia tidak boleh ketahuan berasal dari Jepang.


Matsumi

Seorang geisha ternama di distrik Gion, Kyoto yang terdampar di Surabaya demi keinginan Shoso Kobayashi. Matsumi tinggal dan bekerja di tempat Hanada-san. Sebuah kelab hiburan di daerah Kembang Jepun. Ia terpaksa menyembunyikan status Jepangnya karena tidak ada wanita Jepang yang boleh menyandang status jugun ianfu, seperti yang terpaksa diterima wanita-wanita pribumi, Cina dan Korea untuk memuaskan nafsu para tentara Jepang tersebut.

Lalu Matsumi bertemu Sujono. Laki-laki yang memberinya kenikmatan dan cinta dengan caranya sendiri. Laki-laki yang memberinya seorang bayi mungil bernama Kaguya.


Sujono

Ia merasa terjebak dalam perkawinannya dengan Sulis. Perkawinan yang terpaksa ia lakukan karena perempuan yang selalu menuntut itu memakai seorang anak sebagai tamengnya. Anak yang bahkan bukan miliknya.

Sujono menemukan cintanya pada diri Matsumi, wanita penghibur yang bekerja di Kembang Jepun. Cinta yang menjadikan dirinya egois. Terutama saat mengetahui Matsumi hamil. Sujono tak rela Matsumi bekerja lagi di kelab hiburan itu, melayani para tamu laki-laki yang memandang penuh nafsu terhadap Matsumi. Sujono ingin Matsumi hanya untuk dirinya. Dan ia pun mengekang wanita Jepang itu. Memberinya penderitaan.


Lestari

Melihat putrinya menikah adalah sebuah kebahagiaan besar, karena ia tidak pernah mengecapnya. Lestari menutup pintu hatinya untuk menerima cinta. Cukup cinta yang diberikan ayahnya saja.

Ayah selalu memberi cinta pada dirinya sambil terus menggumankan sebuah nama, Matsumi. Nama yang tak ia kenal, tapi juga memberi sebuah kerinduan.

Dan takdir membawa Lestari bertemu Matsumi yang terus meminta maaf padanya. Yang akhirnya memberi Lestari jawaban atas rasa rindunya setiap ia mendengar nama itu.


98% kepala laki-laki berisi uang dan seks, dan 2% sisanya – cinta dan kebersamaan – ada di kepala perempuan*. Novel berlatar belakang Surabaya tahun 1940-an dengan daerah Kembang Jepunnya yang terkenal ini menceritakan tentang kebutuhan akan uang dan kenikmatan akan seks. Dan juga cinta serta kebersamaan yang membungkus perasaan para tokohnya.

*dikutip dari sinopsis pada back covernya.

0 yang berbagi: